Para peneliti telah mendesak perubahan dalam cara mempertimbangkan keamanan pangan mikroba.
Para ahli dari Quadram Institute, University of East Anglia, Royal Veterinary College, dan Massey University menyerukan pendekatan yang lebih holistik yang menilai risiko dan memantau perubahan komunitas mikroba secara keseluruhan dan di seluruh rantai makanan.
Mereka ingin melihat peningkatan penerapan pengawasan genom untuk membantu mengantisipasi ancaman dan bahaya bakteri yang muncul.
Para ilmuwan mendesak pemerintah dan lembaga internasional untuk mendedikasikan sumber daya untuk pengawasan berbasis genom. Saat ini, sebagian besar pengawasan dilakukan di wilayah yang mempunyai sumber daya yang baik, namun membuat rantai pasokan makanan tahan terhadap guncangan di masa depan memerlukan respons global, kata mereka dalam artikel di Nature Review Microbiology.
Ada kecenderungan di masa lalu untuk fokus pada spesies bakteri tertentu yang diketahui menimbulkan risiko kesehatan, namun bakteri itu kompleks dan ada dalam komunitas mikroba yang saling berinteraksi, kata para ahli.
Bagian dari solusi
Tim tersebut menyoroti pengurutan seluruh genom dan metagenomik sebagai alat yang berguna, yang dikombinasikan dengan skema pengawasan mikroba dan wawasan dari sistem pangan, dapat memberikan informasi kepada pihak berwenang dan dunia usaha untuk mengatasi risiko dan menerapkan intervensi keamanan pangan baru di seluruh rantai pasokan.
Metagenomics memberikan gambaran lengkap tentang apa yang ada di lingkungan tertentu. Sidik jari genetik dapat membantu mengidentifikasi sumber wabah, menghubungkan strain bakteri yang identik secara genetik. Hal ini juga dapat melacak kapan dan bagaimana strain bakteri bermasalah muncul.
Salah satu contoh yang diberikan adalah bagaimana pencegahan dan pengendalian Campylobacter mendapat manfaat dari penggunaan alat pengurutan genom yang melacak dan melacak penularan bakteri melalui rantai makanan, serta membantu mengidentifikasi dan menentukan sumber wabah.
“Hal yang penting dalam sistem surveilans ini bukan hanya sensitivitas namun juga ketepatan waktu, sehingga tindakan pencegahan untuk mencegah penyakit bawaan makanan dapat diambil dibandingkan menggunakan informasi untuk merespons kejadian yang sudah terjadi,” kata Profesor Alison Mather dari Institut Quadram.
Lebih banyak data untuk meningkatkan pengawasan
Para ilmuwan mengatakan, sudah diketahui beberapa spesies bakteri paling berbahaya dan potensi dampaknya terhadap kesehatan. Namun, bagaimana dan di mana bakteri ini masuk, bertahan, dan berevolusi dalam sistem pangan yang semakin mengglobal masih kurang dipahami. Selain itu, bakteri patogen apa lagi yang menyebabkan penyakit tetapi tidak terdeteksi?
Kesenjangan pengetahuan ini menyulitkan pengembangan intervensi untuk mengurangi penyakit bawaan makanan. Ada kebutuhan untuk memahami bagaimana faktor pendorong global, seperti perubahan iklim, inovasi teknologi, atau peristiwa geopolitik lainnya, dapat mengubah profil bakteri dalam sistem pangan.
Lebih banyak data genomik dan metagenomik dari sumber yang lebih luas dan beragam akan meningkatkan pengawasan untuk mendeteksi ancaman dengan lebih baik. Pendekatan berbasis genom juga telah meningkatkan pemahaman kita tentang evolusi dan penyebaran bakteri berbahaya yang ditularkan melalui makanan.
“Bisnis memahami bahwa ada banyak sekali informasi yang dapat diberikan oleh genomik, dan untungnya, kita dapat memadukan janji teknologi tersebut dengan solusi baru yang bermakna untuk membantu mengendalikan risiko keamanan pangan,” kata Matthew Gilmour dari Quadram Institute.
(Untuk mendaftar berlangganan gratis Berita Keamanan Pangan, klik di sini.)