Dua contoh yang menunjukkan manfaat dan tantangan bagi lembaga-lembaga yang beralih dari sistem berbasis kertas ke sistem digital telah diterbitkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO).

Yang pertama mencakup bagaimana negara Georgia mengembangkan sistem digital untuk data pengendalian pangan.

Badan Pangan Nasional biasa menerima hasil pengawasan dari daerah dalam bentuk spreadsheet dan file teks. Pengumpulan data tidak efektif, rumit, dan rawan kesalahan. Pihak berwenang mengalami masalah dalam menerima data yang tepat waktu di seluruh rantai pasokan, termasuk informasi tentang pendaftaran bisnis pangan, hasil inspeksi, dan data keamanan pangan terkait lainnya. Hal ini berdampak pada pemahaman tentang situasi keamanan pangan dan perkembangan pengendalian pangan di Georgia.

Sistem digital untuk memodernisasi akuisisi data dimulai pada tahun 2017 di ibu kota, Tbilisi, dan sejak itu meluas ke seluruh negeri. Hal ini sedang dikembangkan lebih lanjut untuk memasukkan lebih banyak informasi dari rantai makanan, memungkinkan analisis rinci mengenai keamanan pangan dan efektivitas pengendalian pangan.

Perlu mengembangkan sistem
Pengawas pengawasan makanan dilengkapi dengan tablet dan printer portabel, yang memungkinkan dokumentasi elektronik hasil pemeriksaan di tempat, menyerahkan cetakannya ke bisnis dan transfer data instan ke database online Badan Pangan Nasional.

Program perangkat lunak ini menilai bisnis berdasarkan data, termasuk jenis makanan, aktivitas, dan riwayat kepatuhan. Hal ini juga berkontribusi terhadap perencanaan kegiatan pengendalian pangan berbasis risiko.

Sistem digital memungkinkan penilaian tingkat kepatuhan keamanan pangan secara real-time, membantu menetapkan garis dasar dan analisis tren, serta memungkinkan tindakan yang ditargetkan untuk merespons hasil pengendalian pangan. Sistem yang berfungsi dengan baik dapat memberikan hasil dari beberapa aspek keamanan pangan dan menunjukkan masih ada ruang untuk perbaikan.

Georgia memutuskan pada tahun 2015 untuk mengembangkan sistem digital karena adanya hambatan dalam mendaftarkan perusahaan makanan, kekurangan dalam menangani data kontrol, dan kurangnya pandangan menyeluruh mengenai situasi keamanan pangan di negara tersebut. Tugas pertama adalah mengidentifikasi perusahaan makanan aktif dari berbagai otoritas untuk dimasukkan ke dalam database online Badan Pangan Nasional.

Beberapa permasalahannya antara lain pembiayaan pengembangan sistem digital. Karena program ini tidak optimal dalam memperluas pengumpulan data untuk mencakup semua data pengendalian pangan, maka program ini harus ditingkatkan. Meskipun sistem ini dapat memenuhi tujuan awal, kebutuhan akan pengumpulan data tingkat lanjut menyebabkan perangkat lunak tersebut tidak sefleksibel dan membantu seperti yang diperlukan. Membangun sistem seperti itu adalah tugas yang rumit dan memakan waktu. Integrasi langkah demi langkah memungkinkan pengujian fitur dan peningkatan yang lebih efektif.

Pihak berwenang ingin terus menggunakan dan mengembangkan sistem tersebut, namun peningkatan di masa depan bergantung pada sumber daya yang tersedia. Data wabah bawaan makanan dan kejadian infeksi akan dimasukkan segera setelah program dan sumber daya TI memungkinkan. Data pengambilan sampel sudah dikumpulkan, namun hasil laboratorium belum diintegrasikan ke dalam sistem.

Pengalaman Barcelona berpindah dari kertas ke digital
Contoh kedua adalah dari Badan Kesehatan Masyarakat Barcelona (ASPB). Badan tersebut menemukan bahwa prosedur inspeksi berbasis kertas yang sebelumnya kurang harmonis dan menyebabkan inefisiensi dan inkonsistensi, sehingga lembaga tersebut beralih ke sistem digital pada tahun 2021 untuk inspeksi langsung di lokasi ritel.

Sistem sebelumnya tidak memastikan bahwa petugas menilai aspek yang sama dalam setiap pemeriksaan atau mengambil tindakan penegakan hukum yang sama dalam situasi risiko yang setara. Alat inspeksi digital memungkinkan pengumpulan ketidakpatuhan, informasi tentang sampel resmi yang diambil untuk analisis laboratorium, dan gambar untuk dilampirkan pada laporan inspeksi. Ini juga meningkatkan konsistensi proses.

Hasil inspeksi dibagikan kepada perusahaan makanan dalam format standar, dengan tenggat waktu untuk memperbaiki ketidakpatuhan. Hasil inspeksi disimpan di server ASPB berbasis cloud dan dianalisis lebih lanjut untuk pemantauan yang lebih baik dan peningkatan berkelanjutan pada sistem kontrol.

Daftar periksa saat ini mempertimbangkan hingga 228 ketidakpatuhan di empat bidang. Sistem ini menawarkan opsi biner untuk menilai kepatuhan, dan petugas tidak dapat melanjutkan pemeriksaan sampai semua ketidakpatuhan ditandai sebagai terdeteksi atau tidak terdeteksi. Ketidakpatuhan diberi skor berdasarkan risiko, dan algoritma menghitung skor kepatuhan untuk setiap bagian.

Pengembangan alat digital memerlukan waktu dan mencakup uji coba dan validasi. Kurangnya smartphone untuk mendukung perangkat digital dan koneksi internet di tempat makan menimbulkan masalah, namun aplikasinya telah diperbarui sehingga dapat juga digunakan secara offline. Negara ini juga harus fleksibel untuk beradaptasi terhadap amandemen undang-undang keamanan pangan di masa depan.

Beberapa petugas tidak percaya diri menggunakan alat digital. ASPB mendistribusikan materi pendidikan kepada petugas, melakukan simulasi inspeksi, menawarkan dukungan ahli selama inspeksi, dan mendorong umpan balik informal. Badan tersebut juga bertemu dengan seluruh asosiasi bisnis makanan di Barcelona untuk menjelaskan proses pemeriksaan yang direvisi. Beberapa otoritas lokal lainnya telah mengadopsi alat inspeksi digital, yang sedang diperluas ke provinsi lain di Catalonia.

(Untuk mendaftar berlangganan gratis Berita Keamanan Pangan, klik di sini.)



Source link