Sebuah studi baru yang menyelidiki wabah infeksi Salmonella yang resistan terhadap banyak obat di berbagai negara bagian yang terkait dengan makanan hewan peliharaan telinga babi menyoroti keterkaitan antara kesehatan manusia dan kepemilikan hewan peliharaan, menekankan perlunya pengawasan ketat terhadap produk makanan hewan.

Penelitian ini didanai oleh Standar Program Pengaturan Pakan Ternak Badan Pengawas Obat dan Makanan dan Jaringan Investigasi dan Respons Laboratorium Hewan FDA (Vet-LIRN).

Temuan investigasi

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Lancet Public Health ini meneliti wabah multinegara bagian pertama yang terdokumentasi di AS terkait dengan makanan telinga babi pada hewan peliharaan. Investigasi wabah ini melibatkan banyak lembaga, termasuk CDC, FDA, dan departemen kesehatan negara bagian, menelusuri sumber makanan telinga babi yang terkontaminasi dan mengevaluasi profil resistensi antimikroba mereka.

Makanan telinga babi dan anjing diuji untuk Salmonella oleh pejabat negara dan FDA. Produk ditelusuri kembali ke negara asalnya jika memungkinkan. Makanan kuping babi yang terkontaminasi ditemukan diimpor oleh tiga perusahaan perawatan hewan peliharaan dari Amerika Selatan, yang mengakibatkan penarikan kembali secara nasional oleh enam pemasok.

Dampak dan implikasi kesehatan masyarakat

Wabah ini melibatkan 154 kasus pada manusia, dengan 107 pasien melaporkan adanya kontak dengan anjing. Penyelidikan mengungkapkan bahwa kontak langsung dengan makanan telinga babi dan penularan zoonosis dari anjing berkontribusi terhadap penyebaran Salmonella. Studi ini menyoroti risiko yang ditimbulkan oleh makanan hewan peliharaan yang terkontaminasi dan potensi produk tersebut menularkan bakteri yang resisten terhadap antimikroba ke manusia.

Tindakan pengaturan dan pencegahan

Makanan hewan peliharaan seperti kuping babi diatur oleh FDA berdasarkan Undang-Undang Makanan, Obat, dan Kosmetik Federal, yang mewajibkan semua makanan hewani aman, diproduksi dalam kondisi sanitasi, dan bebas dari zat berbahaya. Namun, penyelidikan menemukan bahwa upaya pengurangan patogen sebelum dan sesudah pemrosesan tidak cukup dalam kasus ini.

Penelitian tersebut juga mencatat bahwa makanan telinga babi yang diberi label iradiasi masih ditemukan terkontaminasi Salmonella. Iradiasi merupakan metode yang digunakan untuk mengurangi beban patogen tanpa memanaskan produk. Efektivitas iradiasi pada makanan hewan peliharaan yang berasal dari produk sampingan hewan yang dikeringkan, seperti makanan telinga babi, belum diteliti dengan baik.

Rekomendasi

Investigasi ini menekankan perlunya pengawasan intensif terhadap produk makanan hewan yang diperdagangkan secara internasional untuk mengetahui patogen bawaan makanan. Hal ini juga menyerukan produsen internasional untuk meningkatkan strategi yang mengurangi kontaminasi produk. Pemilik hewan peliharaan harus menyadari risiko penyakit yang terkait dengan makanan hewan peliharaan telinga babi dan mengambil tindakan pencegahan yang tepat, seperti mencuci tangan setelah memegang makanan atau makanan hewan.

Wabah ini menggambarkan risiko yang meluas terhadap hewan peliharaan dan pemilik hewan peliharaan akibat kontaminasi makanan dari telinga babi. Studi ini mengidentifikasi beberapa serotipe Salmonella dan profil resistensi antimikroba, yang menggarisbawahi perlunya upaya mitigasi yang terkoordinasi di seluruh lembaga negara bagian dan federal.

Wabah Salmonella yang resistan terhadap beberapa obat yang terkait dengan makanan telinga babi menyoroti keterhubungan antara kesehatan manusia dan hewan. Hal ini menggarisbawahi perlunya pengawasan dan regulasi yang ketat terhadap produk makanan hewan untuk mencegah wabah di masa depan. Konsumen harus menyadari potensi risiko kesehatan dan mengambil tindakan untuk melindungi diri mereka sendiri dan hewan peliharaan mereka.

Informasi lebih lanjut tentang penelitian ini dan temuannya dapat ditemukan di sini.

(Untuk mendaftar berlangganan gratis Berita Keamanan Pangan, klik di sini.)



Source link