Sebuah tinjauan baru-baru ini menilai bagaimana teknologi dapat berperan dalam peringatan dini dan sistem identifikasi risiko yang muncul.
Tinjauan ini mencakup penerapan kecerdasan buatan, data besar, dan internet of things (IoT) yang ada dalam mengembangkan alat dan metode peringatan dini dan identifikasi risiko keamanan pangan. Informasi berasal dari 40 studi asli dan 57 ulasan yang diterbitkan dari tahun 2013 hingga 2022.
Penting bagi otoritas nasional dan organisasi internasional untuk mampu mengidentifikasi risiko keamanan pangan yang muncul dan memberikan sinyal peringatan dini. Penggunaan AI untuk tujuan pengawasan keamanan pangan dan pelacakan sumber bahaya memungkinkan identifikasi titik-titik kritis dan proses yang rentan terhadap masuknya kontaminan ke dalam rantai pasokan.
Studi yang mendapat pendanaan dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) ini diterbitkan dalam jurnal Comprehensive Review in Food Science and Food Safety.
Kecerdasan Buatan, IoT, dan data besar mempunyai potensi sebagai alat untuk mendukung manajemen keamanan pangan yang efisien dan efektif oleh sektor publik dan swasta, kata para ilmuwan.
Tantangan baru mencakup meningkatnya kompleksitas pasokan pangan, perubahan iklim, perdagangan pangan internasional, sumber dan teknologi pangan baru, dan ekonomi sirkular.
Ada banyak sistem peringatan dini dan pemantauan yang beroperasi. Informasi dari sistem yang berbeda dapat diintegrasikan untuk membuat prediksi yang lebih baik.
Hambatan untuk adopsi
Penerapannya mungkin akan menjadi tantangan, terutama bagi negara-negara berpendapatan rendah dan menengah karena rendahnya konektivitas dan ketersediaan data. Infrastruktur yang sesuai dan personel yang terampil diperlukan untuk mengumpulkan data pemantauan. Informasi yang diperoleh melalui saluran seperti media sosial dan crowdsourcing harus diproses dengan hati-hati karena kurangnya jaminan terhadap kualitas data. Ada juga kebutuhan untuk memastikan keamanan siber yang kuat.
Permasalahan ini dapat diatasi dengan meningkatkan kapabilitas dan kapasitas otoritas nasional, dan meningkatkan kolaborasi mereka dengan sektor swasta dan lembaga internasional, kata studi tersebut.
Biaya dapat menjadi hambatan dalam penerapannya. Tantangan lain yang terkait dengan IoT adalah konsumsi energi yang tinggi dan ketidakcocokan kumpulan data yang berbeda.
Para ilmuwan membuat beberapa rekomendasi untuk mempromosikan penggunaan AI dan data besar dalam peringatan dini dan identifikasi risiko pangan yang muncul. Organisasi internasional dapat membantu memfasilitasi pertukaran data dan kolaborasi antar negara, melalui harmonisasi format data dan metode pengumpulan serta pembentukan platform dan database.
Otoritas nasional harus berbagi data dan berkolaborasi dengan lembaga nasional lainnya, mendorong pembuatan dan pembagian data di sektor swasta. Mereka harus memprioritaskan penciptaan infrastruktur TIK, komunikasi seluler, dan konektivitas yang memadai serta lingkungan yang mendukung dengan undang-undang yang memadai mengenai data keamanan pangan dan perlindungan data.
Sektor swasta harus didorong untuk memungkinkan keterbukaan data untuk kepentingan publik. Mereka juga harus bersama-sama mengembangkan alat untuk mengidentifikasi sinyal peringatan dini dan risiko keamanan pangan yang muncul.
(Untuk mendaftar berlangganan gratis Berita Keamanan Pangan, klik di sini.)